Deretan Mata Uang G10 Anjlok, Setelah Dolar Uji Tertinggi Pra Pandemi
Dolar untuk pertama kalinya ditutup diatas level 102 sejak dua tahun terakhir, mendekati level pra pandemi ditengah kuatnya probabiliti kenaikan suku bunga Fed pekan depan, lonjakan kasus Covid19 di China dan dan meningkatnya ketegangan ekonomi dan militer antara Rusia/NATO di tengah perang Rusia-Ukraina yang sedang berlangsung.
Indeks Dolar AS ditutup melonjak sebanyak 61 poin atau 0.60% berakhir pada level 102.35, setelah sempat diperdagangkan hingga setinggi 102.35 dan serendah 101.51.
Sentimen geopolitik kembali menjadi perhatian pasar setelah Gazprom Rusia dilaporkan akan mulai menghentikan pasokan gas ke Polandia dan Bulgaria segera setelah 27 April.
Emas
Harga emas berhasil bertahan pada area positif pada penutupan Selasa (26/4) namun dengan keuntungan yang tipis karena Invetor kembali difokuskan pada perkembangan geopolitik Rusia dan Negara-negara barat yang mendorong permintaan safehaven.
Penguatan pada harga emas cenderung terbatas akibat Prospek pertumbuhan global yang memburuk dan prospek pengetatan moneter yang agresif dari banyak bank sentral utama dunia mendorong Dolar juga menguat dan membebani kenaikan emas sebagai rival utamanya.
Dipasar spot, harga emas ditutup menguat sebanyak $7.26 atau 0.38% berakhir pada level $1,905.12 per ons, setelah sempat diperdagangkan hingga setinggi $1,911 dan serendah $1,895. Emas berjangka kontrak Juni ditutup menguat sebanyak $8.10 atau 0.43% berakhir pada level $1,904.10 per ons di Divisi Comex.
Memasuki sesi perdagangan hari ini, Harga emas masih sangat rentan terkoreksi karena kuatnya Dolar. Emas berpotensi kembali diperdagangkan dibawah $1,900, menuju level support berikutnya pada $1,870 , $1,853.
Mata Uang
Beralih ke mata uang utama G10, Aussie kembali terpuruk – menandai pelemahan dalam empat sesi perdagangan berturut-turut. AUD/USD ditutup melemah sebanyak 55 poin atau 0.775 berakhir pada level 0.7121, setelah sempat uji tertinggi 0.7228 merespon kenaikan harga minyak karena ketegangan geopolitik.
Mata uang Poundsterling anjlok pada perdagangan Selasa (26/4) jauh dibawah 1.26 setelah pasar terfokus pada pengetatan BoE dan mengenai data pinjaman pemerintah Inggris untuk tahun 2021/22. GBP/USD ditutup melemah sebanyak 67 poin atau 1.33% berakhir pada level 1.2570, setelah sempat uji tertinggi 1.2771.
Dalam data Public Sektor Net Borrowing (Maret) menunjukkan bahwa pinjaman meningkat sebanyak 17.32 Milyar dari 9.85 Milyar, menunjukkan bahwa ekonomi Inggris berada di bawah tekanan karena melonjaknya biaya hidup. Hal ini juga mendorong prospek kenaikan suku bunga BOE menurun.
EUR/USD ditutup melemah sebanyak 74 poin atau 0.70% berakhir pada level 1.0635, setelah sempat rebound pada kisaran 1.0813. kekhawatiran tentang stagflasi di Eropa terkait kelangkaan energi di zona euro sangat membebani euro.