Investor Kalang Kabut Ditengah Ancaman Resesi Global
Indeks Dolar AS diperdagangkan melemah sepanjang sesi perdagangan Rabu (4/1), namun menghapus sebagian kerugian dan kembali stabil diatas 104 setelah pembacaan risalah FOM dirilis.
Risalah pertemuan FOMC Desember menunjukkan bahwa para pejabat setuju untuk memperlambat laju kenaikan suku bunga tetapi menambahkan bahwa perlambatan bukanlah “melemahnya komitmen untuk mencapai stabilitas harga karena inflasi sudah berada di jalur penurunan yang terus-menerus.” The Fed menambahkan bahwa bank sentral AS telah membuat kemajuan yang signifikan dalam beralih ke kebijakan restriktif pada tahun 2022 dan bahwa “tidak ada yang meramalkan bahwa penurunan suku bunga akan diperlukan pada tahun 2023.”
Prospek tidak adanya penurunan suku bunga pada 2023 membawa Dolar sedikit pulih. Dolar menyelesaikan sesi perdagangan Rabu (4/1) dengan kerugian sekitar 41 poin atau 0.39% berakhir pada level 104.26, setelah uji terendah 103.81.
Matauang
Penurunan Dolar telah memberikan dukungan kuat pada matauang berisiko – selain dari dukungan fundamental masing-masing pasangan. Dolar Australia menjadi matauang uang dengan performa terbaik dibandingkan rival utama Dolar lainnya merespon Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional China yang membahas rencana untuk mencabut sebagian larangan impor batu bara Australia setelah konflik selama dua tahun.
AUD/USD diperdagangkan menguat sebanyak 110 poin atau 1.61% berakhir pada level 0.6863, setelah uji tertinggi 0.6885 dan terendah 0.6716.
Selain fundamental utama Australia, bertia utama untuk Yen juga menjadi fokus utama pasar kemarin, setelah BoJ berusaha untuk menurunkan imbal hasil obligasi pemerintah. Gubernur Haruhiko Kuroda mencatat bahwa para pembuat kebijakan akan terus melonggarkan kebijakan moneter untuk mencapai sasaran inflasi. USDJPY melemah ke level 132.66, naik sekitar 166 poi natau 1.25%.
EUR/USD ditutup menguat sebanyak 55 poi natau 0.52% berakhir pada level 1.0604. Sedangkan GBPUSD berakhir menguat sebanyak 89 poin atau 0.74% berakhir pada level 1.2054.
Emas
Harga emas melonjak tajam merespon pelemahan Dolar yang sempat kembali dibawah 104. Harga emas diperdagangkan menguat mencapai $1,865 disesi Eropa setelah imbal hasil obligasi global mengalami penurunan serentak karena dominasi sentimen pelemahan yield pemerintah Jepang.
Sementara itu, dukungan safehaven terlihat cukup kuat pada pasar emas setelah Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan sepertiga dari ekonomi dunia dapat tergelincir ke dalam resesi pada tahun 2023.
Dipasar spot, harga emas ditutup melonjak sebanyak $15.20 atau 0.82% berakhir pada level $1,854.22 per ons, setelah uji tertinggi $1,865. Sikap tetap tenang diperlihatkan oleh investor meski risalah FOMC Desember memperlihatkan tidak ada rencana penurunan suku bunga pada 2023.
Emas berjangka kontrak Februari ditutup menguat sekitar $14.60 atau 0.78% berakhir pada level $1,860.3 per ons di Divisi Comex.
Minyak
Harga minyak mentah Dunia anjlok – menandai penurunan tajam sejak perdagangan 2023 dimulai. Pasar minyak terbebani oleh kekhawatiran tentang permintaan yang lemah karena keadaan ekonomi global dan meningkatnya kasus COVID di China.
Dipasar spot, harga minyak ditutup melemah sebanyak $4.00 atau 5.46% berakhir pada level $73.21 per barel, setelah uji tertinggi $77.38 dan terendah $72.74. Minyak mentah berjangka WTI AS anjlok $3.93 atau 5.37% berakhir pada level $73.23 per barel. Sedangkan Brent London turun sebanyak $4.26 atau 5.47% berakhir pada level $77.84 per barel.
Sentimen
Memasuki sesi perdagangan Kamis (5/1) pasar global akan terfokus pada laporan tenaga kerja AS. Dimulai dengan laporan ADP Employment Change pada pukul 20:15 WIB dan Klaim Pengangguran AS pada pukul 20:30 WIB. Disesi Eropa pasar akan terfokus pada laporan Inflasi Eropa pada pukul 17:00 WIB.