Harga Emas Melemah, Jelang Laporan Inflasi AS Dan BOJ
Harga emas terkoreksi untuk hari ke-2 berturut-turut dan bergerak dalam kisaran sempit, mencoba mempertahankan posisi diatas $1,900 ditengah minimnya data jelang pertemuan BOJ laporan inflasi Amerika.
Pertemuan Bank Sentral Jepang akan menjadi sorotan utama selama sesi perdagangan Asia hari ini, setelah banyak yang memperkirakan potensi adanya kejutan baru dalam kebijakan moneter BoJ.
Para pelaku pasar memperkirakan bahwa BoJ akan merubah arah kebijakannya, alih-alih terfokus pada menghindari deflasi seperti sebelumnya. BOJ dijadwalkan akan bertemu hari ini pukul 10:00 WIB.
Para pelaku pasar memperkirakan bahwa BoJ akan merubah arah kebijakannya, alih-alih terfokus pada menghindari deflasi seperti sebelumnya. BOJ dijadwalkan akan bertemu hari ini pukul 10:00 WIB.
Perlu diperhatikan bahwa, jika BoJ merubah arah kebijakanya dari pelonggan menjadi pengetatan, maka Yen Jepang berpotensi menguat terhadap Dolar dan beepotensi menguatkan Emas.
Selama sesi perdagangan Selasa (17/1) harga emas dipasar spot ditutup melemah sebanyak $6.87 atau 0.36% berakhir pada level $1,908.42 per ons, setelah uji tertinggi $1,919 dan terendah $1,903. Emas berjangka kontrak Februari ditutup melemah sebanyak $11.80 atau 0.62% berakhir pada level $1,909.90 per ons di Divisi Comex.
Dolar
Dolar mengakhiri perdagangan Selasa (17/1) dengan keuntungan tipis, setelah berkubang pada kerugian selama sesi perdagangan Asia hingga Eropa ditengah minimnya data dan terfokus pada kehati-hatian pasar jelang pertemuan BoJ dan laporan inflasi Amerika.
Dolar berakhir menguat tipis hanya sekitar 3 poin atau 0.03% berakhir pada level 102.39, setelah uji tertinggi 102.57 dan terendah 101.92. Berbanding terbalik dengan Dolar, pasar matauang berisiko nampak bergerak dengan volatilitas yang cukup besar setelah pelaku pasar memanfaatkan dampak data ekonomi internal masing-masing.
EUR/USD menyelesaikan perdagangan Selasa (17/1) dengan kerugian sebanyak 33 poin atau 0.30% berakhir pada level 1.07887, setelah uji tertinggi 1.0869 dan terendah 1.07742. Euro terjatuh dari sesi tertinggi harianya di tengah pembicaraan pasar yang menyarankan pejabat Bank Sentral Eropa (ECB) untuk mempertimbangkan rencana memperlambat laju pengetatan. Harapan tersebut muncul setelah Presiden Christine Lagarde & co akan memilih kenaikan suku bunga 50 basis poin (bps) pada bulan Februari, mengurangi kenaikan menjadi 25 bps mulai bulan Maret.
GBP/USD berakhir menguat tajam sebanyak 94 poin atau 0.77% berakhir pada level 1.2285, setelah uji tertinggi 1.2299 dan terendah 1.2169. Penguatan Pound tidak lain didukung oleh hasil laporan ketenagakerjaan Inggris mengisyaratkan pasar tenaga kerja yang relatif ketat. Laporan tersebut memberikan haparan bahwa, Bank of England akan memiliki ruang untuk mendorong suku bunga acuan lebih tinggi dan mempertahankannya lebih lama.
• GBP Claimant Count Change (Dec), 19.7K (A) vs. 19.8K (F) vs. 30.5K (P)
• GBP Unemployment Rate (Nov), 3.7% (A) vs. 3.7% (F) vs. 3.7% (P)
AUD/USD berakhir menguat dengan keuntungan sebanyak 35 poin atau 0.50% berakhir pada level 0.6986, setelah uji tertinggi 0.6982 dan terendah 0.6979. Aussie menguat merespon laporan GDP China yang dirilis lebih baik dari yang diharapakan, meski masih relatif lebih rendah dari pertumbuhan sebelumnya.
• CNY GDP (YoY) (Q4), 2.9% (A) vs. 1.8% (F) vs. 3.9% (P)
• CNY GDP (QoQ) (Q4), 0.0% (A) vs. -0.8% (F) vs. 3.9% (P)
• CNY Industrial Production (YoY) (Dec), 1.30% (A) vs. 0.5% (F) vs. 2.2% (P)
• CNY Retail Sales (YoY) (Dec), -1.8% (A) vs. -8.6% (F) vs. -5.9% (P)
• CNY Chinese Unemployment Rate, 5.5% (A) vs. 6.0% (F) vs. 5.7% (P)
Minyak
Harga minyak diperdagangkan menguat tajam – mencapai level tertinggi dalam dua pekan setelah data ekonomi China dirilis cukup baik, mengalahkan perkiraan dan menggambarkan prospek yang cukup optimis di tengah pembukaan kembali perbatasannya.
Data menunjukkan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) untuk Q4 meningkat menjadi 2.9%, di atas perkiraan 1.8%, sementara untuk setahun penuh, PDB mencapai 2.9%, meskipun tahun 2022 adalah pembacaan terburuk kedua sejak tahun 1970.
Disisi lainnya, dalam laporan bulanan OPEC, Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) mengatakan dalam laporan bulanan bahwa permintaan minyak China diperkirakan akan tumbuh sebanyak 510.000 barel per hari tahun ini. Sementara perkiraan pertumbuhan permintaan global 2023 tidak berubah pada 2,22 juta barel per hari.
Dipasar spot, harga minyak ditutup menguat sebanyak $2.19 atau 2.70% berakhir pada level $81.03 per barelm, setelah uji tertinggi $81.22 dan terendah $78.68. Minyak mentah berjangka WTI AS ditutup menguat sebanyak $0.32 atau 0.40% berakhir pada level $80.18 per barel. Sementara Brent London naik sebanyak $0.64 atau 0.74% berakhir pada level $85.92 per barel.
Sentimen
Memasuki sesi perdagangan Rabu (18/1), fokus pasar global akan tertuju pada banyak rangkaian data ekonomi mulai dari pertemuan Bank Sentral Jepang hingga laporan inflasi Eropa, Inggris, Amerika dan laporan penjualan ritel Amerika.