Harga Emas Menguat, Imbal Hasil Obligasi Melemah Jelang FOMC Pekan Ini
Harga emas ditutup menguat selama sesi perdagangan akhir pekan lalu (10/12), merespon pelemahan dolar karena lemahnya imbal hasil obligasi AS ditengah menguatnya probability kenaikan suku bunga Fed merepon laporan inflasi AS yang kembali meningkat selama periode November.
Menguatnya inflasi AS terus mendorong kenaikan spekulasi suku bunga Fed karena kenaikan inflasi yang terlalu cepat ditengah gejolak pandemi dan munculnya varian baru yang masih terus dipantau investor jelang libur panjang natal dan tahun baru 2022.
Dalam data yang dirilis menunjukkan bahwa, CPI AS tercatat naik sebanyak 0.80% (MoM) selama periode November, lebih baik dari harapan pasar pada 0.70%. CPI tahunan Amerika tercatat naik sebanyak 6.8%, lebih tinggi dari November tahun lalu pada 6.2%.
Dipasar spot, harga emas ditutup naik sebanyak $7.72 atau 0.43% berakhir pada level $1,782.70 per ons, setelah sempat uji tertinggi $1,789 dan terendah $1,770. Emas berjangka kontrak Februari – ditutup menguat sebanyak $8.10 atau 0.45% berakhir pada level $1,784.80 per ons di Divisi Comex.
Memasuki sesi perdagangan awal pekan ini, pasar emas diperkirakan akan diperdagangkan pada kisaran $1,798 – $1,770. Hingga sepekan kedepan pasar emas akan terfokus pada pertemuan FOMC, Bank Sentral Inggris dan Bank Sentral Eropa pada Kamis (16/12).
Perhatian pasar akan terpusat pada pertemuan FOMC, dimana investor akan memperhatikan signal the Fed untuk percepatan tappering dan peluang kenaikan suku bunga pada tahun mendatang. Perlu diketahui bahwa, paska laporan CPI AS pada akhir pekan lalu, probability kenaikan suku bunga Fed naik menjadi 79.2% pada pertemuan Juni 2022 mendatang, dari 68.8% pada perkiraan November lalu.
Harga emas berpotensi melemah jika dalam pertemuan minggu Fed memberikan signal jelang untuk melakukan pengurangan QE dan lakukan kenaikan suku bunga lebih cepat dan berlaku pula hal yang sebaliknya.