Harga Minyak Jatuh karena Data Manufaktur yang Lemah Memicu Kekhawatiran Resesi
Harga minyak melemah pada hari Selasa, memperpanjang kerugian dari sesi sebelumnya, karena investor khawatir tentang permintaan minyak global menyusul data manufaktur yang lemah di beberapa negara.
Minyak mentah berjangka Brent turun 29 sen menjadi $99,74 per barel pada 0002 GMT, dengan minyak mentah berjangka WTI turun 22 sen menjadi $93,67 per barel.
Penurunan terjadi setelah Brent berjangka merosot pada hari Senin ke sesi terendah $99,09 per barel, terendah sejak 15 Juli. Patokan minyak mentah AS turun ke level $92,42 per barel, terlemah sejak 14 Juli.
Penurunan harga juga terjadi karena pelaku pasar menunggu hasil pertemuan pada hari Rabu antara Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutu termasuk Rusia, bersama-sama dikenal sebagai OPEC+, untuk memutuskan produksi September.
Seorang reporter berita Fox Business mengatakan Arab Saudi akan mendorong OPEC+ untuk meningkatkan produksi minyak pada pertemuan tersebut.
Dua dari delapan sumber OPEC+ dalam survei Reuters mengatakan bahwa kenaikan moderat untuk September akan dibahas pada pertemuan 3 Agustus. Sisanya mengatakan output kemungkinan akan tetap stabil.
Sementara itu Amerika Serikat pada hari Senin memberlakukan sanksi terhadap China dan perusahaan lain yang dikatakan membantu menjual puluhan juta dolar produk minyak dan petrokimia Iran ke Asia Timur karena berusaha untuk meningkatkan tekanan pada Teheran untuk mengekang program nuklirnya.