Profit Taking, Pasar Risk-Off Rebound Meski Data Ekonomi Global Mengecewakan
Harga emas menguat dalam dua sesi perdagangan berturut-turut, memanfaatkan pelemahan indeks Dolar Amerika ditengah euforia kenaikan suku bunga perdana sejak satu dekade terakhir oleh Bank Sentral Eropa pada Kamis lalu.
Investor nampak memanfaatkan momentum ECB untuk berspekulasi dan aksi ambil untung dipasar aset berisiko. Investor meninggalkan sejenak fokus pada pertemuan Fed yang akan memasuki pertemuan puncak pada 28 Juli nanti (Kamis dini hari).
Dipasar spot, harga emas ditutup menguat sekitar $8.71 atau 0.50% berakhir pada level $1,727.02 per ons, setelah uji tertinggi $1,739 dan terendah $1,712. Sementara emas berjangka kontrak Agustus ditutup menguat sebanyak $14 atau 0.81% berakhir pada level $1,727.40 per ons di Divisi Comex.
Memasuki sesi perdagangan pekan ini, pasar emas diperkirakan akan diperdagangkan flat dengan penuh kehati-hatian jelang pertemuan FOMC. Harga emas masih sangat rentan terkoreksi karena prospek kenaikan suku bunga Fed setidaknya sebanyak 75 bps menjadi 2.25% – 2.50%.
Secara teknikal, Harga emas diperkirakan akan berada pada kisaran $1,775.00 – $1,670.00 dalam pekan ini.
Matauang
Indeks Dolar Amerika mengakhiri sesi perdagangan Jumat (22/7) dengan kerugian tipis, meski bergerak dalam volatilitas yang cukup besar pada kisaran 107.36 – 106.10. Dolar ditutup doji pada level 106.57 – melemah sebanyak 3 poin atau sekitar 0.03%.
Pasangan matauang AUD/USD ditutup melemah tipis pada perdagangan Jumat (22/7), setelah sempat dibuka naik untuk hari kedua berturut-turut. AUD/USD kehilangan keuntungan awal sesi karena suasana pasar tampak rapuh melihat pelemaham tajam harga minyak mentah dunia. AUD/USD ditutup melemah sekitar 10 poin atau 0.14% berakhir pada level 0.6922.
EUR/USD melemah sebanyak 17 poin atau 0.17% berakhir pada level 1.0210. Disesi perdagangan Eropa, Euro sempat terperosok kelevel terendah 1.0129 menyusul Survei Manufacturing PMI Eropa yang terkontraksi ke level 49.6.
GBP/USD ditutup naik tipis sekitar 6 poin atau 0.05% berakhir pada level 1.2003. Sebelumnya, Sterling turun uji terendah 1.1915 merespon laporan Penjualan Ritel Inggris yang tercatat melemah sebanyak -5.8% (YoY) laju paling lambat dalam 17 bulan di bulan Juli – memperlihatkan tekanan inflasi mereda. Hal ini mungkin mengurangi tekanan pada Bank of England untuk memberikan kenaikan suku bunga besar pada pertemuan berikutnya (4 Agustus 2022).
Dalam pekan ini, Pasar Sterling diperkirakan masih akan berada pada sentimen yang negatif karena terfokus pada dampak Brexit terhadap Inggris setelah kegagalan perundingan INP (Protokol Irlandia Utara).
Sentimen
Memasuki akhir perdagangan Juli, fokus pasar global akan bergeser pada pertemuan Federal Reserve AS yang akan berlangsung selama 27-28 Juli. Hasil pertemuan akan disampaikan dalam Federal Open Meeting Committee pada Kamis dini hari pukul 01.00 WIB. Dalam pertemuan Fed diharapkan akan menaikkan suku bunga acuan sebanyak 75bps menjadi 2.50%