Pro-Kontra Laju Kenaikan Suku Bunga Fed dan Intervensi Yen Warnai Pasar Keuangan
Intervensi dipasar Yen Jepang pada Jumat malam (21/10) oleh BOJ mendorong Yen menguat terhadap Dolar ke level 146.16, sementara Indeks Dolar Amerika melemah uji level 111.69, penurunan Dolar diperkuat oleh spekulasi Fed yang mungkin akan menurunkan skala kenaikan suku bunga menjadi lebih kecil.
Menurut laporan yang dirilis oleh Wall Street Journal (WSJ), mengemukakan bahwa Pejabat Federal Reserve sedang menuju kenaikan suku bunga 75 bps pada pertemuan November dan kemungkinan akan memperdebatkan apakah dan bagaimana memberi sinyal rencana untuk menyetujui kenaikan yang lebih kecil pada bulan Desember. Hal ini dipaparkan oleh Nick Timiraos – kepala koresponden ekonomi di The Wall Street Journal yang melihat adanya perpecahan tentang pandangan beberapa member.
Sejauh ini, beberapa pejabat mengisyaratkan kegelisahan yang lebih besar tentang kenaikan suku bunga dengan skala besar untuk melawan inflasi. Sementara beberapa Pembuat Kebijakan juga ingin berhenti menaikkan suku bunga awal tahun depan untuk melihat bagaimana kebijakan mereka selama tahun ini berdampak pada inflasi dan mengurangi risiko yang menyebabkan ekonomi menurun.
Hingga akhir perdagangan Jumat (21/10), Dolar ditutup melemah sebanyak 96 poin atau 0.86% berakhir pada level 111.86, setelah uji tertinggi 113.96 dan terendah 111.69. USD/JPY ditutup menguat pada level 147.67, turun sekitar 247 poin atau 1.67%. Menurut surat kabar Nikkei Pemerintah Jepang dan Bank of Japan melakukan intervensi dengan melakukan pembelian yen dan penjualan dolar di pasar valuta asing. Sementara itu, Kementerian Keuangan Jepang menolak untuk mengomentari tentang masalah tersebut.
Dipasar matauang utama lainnya, pasangan EUR/USD ditutup menguat sekitar 73 poin atau 0.74% berakhir pada level 0.9860, setelah uji tertinggi 0.9868 dan teredah 0.9704. GBP/USD berakhir menguat sebanyak 62 poin atau 0.55% berakhir pada level 1.1295, setelah uji tertinggi 1.1314 dan terendah 1.1060. Volatilitas pasar Pound terjadi ditengah kondisi politik Inggris yang memanas paska pengunduran diri Liz Truss sebagai Perdana Menteri. Mantan Perdana Menteri sebelumnya Boris Johnson dan Rishi Sunak (Kandidat terkuat lawan Truss dalam pemilu sebelumnya) digadang-gadang akan menjadi nominator terkuat sebagai PM berikutnya.
Emas
Harga emas diperdagangkan menguat tajam selama sesi perdagangan Jumat (21/10), setelah Imbal Hasil Obligasi AS terkoreksi dari level tertinggi dalam 15tahun dan Dolar anjlok lebih dari 100 poin.
Fenomena pengetatan kebijakan moneter oleh Bank Sentral di Dunia dan gejolak politik telah mendorong pasar berburu pasar obligasi karena tingkat pengembalian yang lebih tinggi. Imbal hasil obligasi 10-tahun AS diperdagangkan mencapai 4,338% tertinggi sejak November 2007, sedangkan imbal hasil obligasi 30-tahun naik mencapai 4.384%.
Dipasar spot, harga emas diperdagangkan menguat sebanyak $29.62 atau 1.79% berakhir pada level $1,657.41 per ons, setelah uji tertinggi $1,657 dan terendah $1,617. Sementara emas berjangka kontrak Desember ditutup menguat sebanyak $19.50 atau 1.18% berakhir pada level $1,656.30 per ons di Divisi Comex.
Pada awal pekan ini, pasar emas diperkirakan dapat melanjutkan penguatan pekan lalu, merespon spekulasi tentang potensi debat Fed tentang pengurangan ukuran kenaikan suku bunga pada bulan Desember.
Minyak
Harga minyak berakhir datar didekat level penutupan Kamis (20/10), setelah sempat melemah uji terendah $83.17 per barel karena kekhawatiran tentang kenaikan gelombang kasus covid19 di China. Meski demikian, Berita bahwa China mungkin akan melonggarkan pembatasan karantina bagi pengunjung luar negeri dari 10 menjadi 7 hari membantu lonjakan harga minyak dan berakhir datar pada kisaran $85 per barel.
Dipasar spot, harga minyak ditutup menguat sekitar 7 sen atau 0.08% berakhir pada level $85.10 per barel. Minyak mentah berjangka WTI AS ditutup menguat sebanyak 54 sen atau 0.63% berakhir pada level $85.05 per barel. Sementara Brent Crude London berakhir menguat sebanyak $1.12 atau 1.18% pada level $93.50 per barel.
Sentimen
Memasuki sesi perdagangan awal pekan ini, pasar akan disibukkan dengan politik China di masa penobatan Xi Jinping yang akan menjalani masa jabatan ketiganya sebagai Pemimpin China dan jadwal press conference Menteri Keuangan AS Janet Yellen. Sementara dalam sepekan kedepan, pasar akan terfokus pada laporan GDP China (26/10) , pertemuan Bank Sentral Eropa (27/10) dan laporan GDP AS (27/10).