Gejolak Ekonomi China, Dorong Permintaan Safehaven Utama
Sentimen pasar berbalik 180 derajat selama sesi perdagangan Amerika awal pekan ini (28/11), membantu Dolar pulih dari sesi terendah hariannya karena permintaan safehaven pada Dolar kembali meningkat ditengah kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi global dan penyebaran virus corona di China.
Penguatan pada Dolar juga dipertegas oleh Komentar beberapa member Fed yang melawan sentimen bahwa Fed akan segera memperlambat laju kenaikan suku bunga untuk menilai lanskap ekonomi. Sebaliknya, karena pasar tenaga kerja yang kuat James “Jim” Bullard, presiden dan CEO Federal Reserve Bank of St. Louis mengatakan bahwa hal tersebut memberi Fed dorongan untuk mengejar strategi disinflasi.
Sementara itu, Presiden Bank Federal Reserve New York John Williams mengatakan bahwa Fed perlu menaikkan suku bunga ke tingkat yang cukup ketat untuk menekan inflasi, dan mempertahankannya hingga 2024.
Setelah serangkaian komentar tersebut, Dolar dipedagangkan menguat ke level tertinggi 106.75 – berbalik dari sesi terendah hariannya pada 105.31. Dolar diperdagangkan pada kisaran 106.67 naik sekitar 71 poin atau 0.67% hingga akhir sesi perdagangan Senin (28/11).
Matauang
Matauang Euro anjlok dari sesi tertinggi 1.0496 terhadap Dolar, melemah setelah sentimen pasar berbalik negatif karena prospek perlambatan ekonomi global menekan hampir seluruh pasar keuangan global. EUR/USD diperdagangkan melemah sekitar 54 poin atau 0.53% berakhir pada level 1.0339, setelah capai tertinggi 1.0496 dan terendah 1.0329.
GBP/USD diperdagangkan melemah sekitar 132 poin atau 1.10% berada pada level 1.1958, setelah diperdagangkan capai tertinggi 1.2118 disesi perdagangan Asia hingga Eropa ditengah spekulasi kenaikan suku bunga BOE karena ekanan inflasi Inggris diperkirakan akan tetap tinggi selama 2023.
AUD/USD diperdagangkan melemah sebanyak 102 poin atau 1.53% berada pada level 0.6648, setelah diperdagangkan capai tertinggi 0.6724 dan terendah 0.6641. Selain aksi protes di China, laporan penjualan ritel Australia yang mengecewakan sangat membebani Aussie selama perdagagan awal pekan ini.
Protes kekerasan di kota-kota besar China selama akhir pekan terhadap pembatasan ketat nol-COVID di negara itu telah menjatuhkan ekspektasi pertumbuhan di ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut. Hal tersebut juga menciptakan pelarian investor ke tempat yang aman (Safehaven) dan cndemendukung yen, Dolar AS, dan CHF. USD/JPY turun sekitar 24 poin atau 0.17% menguat pada level 138.90.
Emas
Rata-rata pasar utama mengawali perdagangan pada hari Senin dengan dibuka lebih rendah karena protes di China atas penguncian COVID mengguncang sentimen pasar – memberikan dukungan pada safehaven utama (Dolar) dan memberikan tekanan jual pada aset berisiko.
Harga emas turut tertekan turun meski sebelumnya sempat mendapatkan dukungan naik karena investor terus khawatir bahwa protes di China terkait dengan penguncian Covid-19 dan pengujian massal, dapat semakin memperburuk ekonomi China sebagai konsumen komodtias terbesar dan sebagai negara dengan ekonomi terbesar di Dunia. Dan akan terimbas pada ekonomi global.
Dipasar spot, harga emas ditutup melemah sebanyak $15.05 atau 0.86% berakhir pada level $1,741.01 per ons, setelah uji tertinggi $1,763 dan terendah $1,739. Emas berjangka kontrak Desember berakhir melemah sebanyak $14.20 atau 0.82% berakhir pada level $1,739.80 per ons di Divisi Comex.
Minyak
Harga minyak anjlok karena protes di China menyikapi kebijakan zero-covid19 telah mengguncang negara konsumen komoditas terbesar Minyak. Harga minyak pulih merespon penguatan Dolar karena meningkat prospek harga minyak yang lebih tinggi karena berdenominasikan Dolar.
Dipasar spot, harga minyak ditutup melemah hanya sekitar 6 sen atau 0.08% berakhir pada level $76.52 per barel, setelah uji terendah $73.62 per barel. Minyak mentah berjangka WTI AS ditutup menguat sekitar 96 sen atau 1.24% berakhir pada level $77.24 per barel. Sedangkan Brent London naik sebanyak $0.18 atau 0.21% berakhir pada level $83.89 per barel.
Sentimen
Memasuki sesi perdagangan Selasa (29/11), fokus pasar global masih akan tertuju pada lonjakan Covid19, kebijakan Zero-Covid19 dan aksi protes yang terjadi di China. Dalam pekan ini, pasar akan difokuskan pada laporan Tenaga kerja AS yang akan mulai dirilis pada Rabu 30 November 2022.