Approval Rating Biden Anjlok, Dolar Terus Tertekan Turun
Pasar keuangan global memulai perdagangan Selasa (8/11) dengan pergerakkan yang sempit ditengah minimnya data dan dukungan fundamental yang kuat. Volatilitas pasar meningkat memasuki sesi perdagangan Amerika selama Pemilu paruh waktu.
Dolar anjlok dibawah 110 setelah tingkat approval Presiden Joe Biden turun menjadi 39% sehari jelang pemilu. Yang artinya Demokrat berpotensi kehilangan kursi mayoritas dipemerintahan dan akan mempersulit Biden dalam kepemimpinannya.
Dolar mengakhiri perdagangan Selasa (8/11) dengan kerugian sebanyak 55 poin atau 0.50% berakhir pada level 109.64, setelah uji tertinggi 110.63 dan terendah 109.36.
Deretan matauang utama dunia, hanya terfokus pada pergerakan dolar sejauh ini. EUR/USD menyelesaikan sesi perdagangan Selasa (8/11) dengan keuntungan sekitar 52 poin atau 0.52% berakhir pada level 1.0072. GBP/USD menguat sebanyak 31 poin atau 0.27% berakhir pada level 1.1544, setelah uji terendah 1.1429.
AUD/USD mencatatkan kenaikan sebesar 25 poin atau 0.38% berakhir pada level 0.6501, sedangkan Yen Jepang menguat ke level 145.66, turun sebanyak 97 poin tau 0.67%. Yen bahkan mengabaikan serangkaian fundamental BOJ yang meluncurkan dana ekstra ke-2 untuk anggaran stimulus sebesar 29.1 triliun Yen.
Emas
Harga emas diperdagangkan melonjak tajam capai tertinggi $1,716 setelah Dolar terkoreksi dibawah 110 selama Pemilu Paruh Waktu Amerika Serikat.
Pelemahan Dolar memberikan dukungan kuat pada emas setelah tingkat approval Presiden Joe Biden turun menjadi 39% sehari jelang pemilu. Yang artinya Demokrat berpotensi kehilangan kursi mayoritas dipemerintahan dan akan mempersulit Biden dalam kepemimpinannya karena kontrol dari Kongres dan jabatan gubernur dipertaruhkan.
Dipasar spot, harga emas ditutup melonjak sebanyak $37.05 atau 2.16% berakhir pada level $1,712.01 per ons, setelah uji tertinggi $1,716 dan terendah $1,665. Sementara emas berjangka kontrak Desember ditutup menguat sebanyak $35.50 atau 2.07% berakhir pada level $1,716.00 per ons di Divisi Comex.
Minyak
Harga minyak anjlok lebih dari 3% selama sesi perdagangan Selasa (8/11) setelah Harapan bahwa China sedang mempertimbangkan untuk melonggarkan pembatasan virus corona memudar. Baru-baru ini, Pihak berwenang China mengkonfirmasi komitmen mereka terhadap kontrol ketat COVID-19. Hal ini kembali meningkatkan kekhawatiran atas konsekuensi negatif dalam permintaan minyak, karena infeksi meningkat saat musim flu musim dingin.
Dipasar spot, harga minyak ditutup melemah sebanyak $3.20 atau 3.61% pada level $88.69 per barel. Minyak WTI AS anjlok sekitar $2.88 atau 3.24% berakhir pada level $88.91 per barel, sedangkan Brent London, anjlok sekitar $2.56 atau 2.68% berakhir pada level $95.36 per barel.
Pagi ini, Harga minyak berpotensi kembali melemah, setelah laporan persediaan minyak mentah AS oleh American Petroleum Institut dilaporkan melonjak sebanyak 5.618 juta barel dalam sepekan terakhir, lebih besar dari perkiraan 1.1 juta barel dan berbanding terbalik dengan penurunan sebanyak 6.5 juta barel dalam dua pekan sebelumnya.
Sentimen
Memasuki sesi perdaganngan Rabu (9/11) fokus pasar global akan terus tertuju pada pemilu paruh waktu AS. Disesi perdagangan Asia, laporan inflasi China akan menjadi fokus investor pada pukul 8:30 WIB. Disesi Eropa, ECB Non-monetary Policy Meeting akan dirilis pada pukul 15:00 WIB.