Harga Emas Anjlok, Catatkan Kerugian Terbesar Sejak November Lalu
Harga emas mencatatkan pelemahan tajam dalam tiga sesi perdagangan berturut-turut merespon hasil pertemuan FOMC pada Rabu lalu, terfokus pada rencana kenaikan suku bunga AS pada Pertemuan FOMC Maret mendatang.
Prospek kenaikan suku bunga Federal Reserve AS telah mendorong Dolar naik ke level tertinggi dalam 1 1/2 tahun terakhir dan mendorong pasar safe haven emas yang sensitif dengan inflasi menjadi kehilangan daya tarik.
Dipasar spot, harga emas mengakhiri sesi perdagangan Jumat (28/1) dengan kerugian sebesar $5.80 atau 0.32 persen berada pada level $1,791.16 per ons, setelah sempat diperdagangkan hingga setinggi $1,799 dan serendah $1,780. Dalam sepekan terakhir, harga emas dipasar spot mencatatkan kerugian sebesar $43 atau 2.42 persen – menandai penurunan terburuk sejak November lalu.
Emas berjangka kontrak April sebagai kontrak teraktif saat ini, ditutup turun sebanyak $8.40 atau 0.47 persen berakhir pada level $1,786.60 per ons di Divisi Comex – menandai penurunan terendah sejak pertengahan Desember dan mencatatkan kerugian sebesar 2.5 persen dalam sepekan.
Memasuki sesi perdagangan awal pekan ini, pasar emas dan global diperkirakan akan diperdagangkan flat karena minimnya data dan mulai ditutupnya beberapa pasar saham Asia jelang perayaan tahun baru Imlek 2022. Bursa China akan ditutup selama sepekan kedepan, sementara Pasar HongKong akan ditutup lebih awal pada Senin (31/1) dan Libur total selama Selasa (1/2) hingga Kamis (3/2).
Hingga sepekan depan, pasar emas akan terfokus pada pertemuan Bank Sentral Inggris (BOE) dan Eropa (ECB) pada sesi Kamis (3/2). Dari sisi data ekonomi, pasar emas akan terfokus pada laporan data tenaga kerja AS diantaranya : ADP Employment Change pada Rabu (2/2), Klaim Pengangguran pada Kamis (3/2), Tingkat Pengangguran dan Nonfarm Payrolls AS pada Jumat (4/2).
Secara teknikal, awal pekan ini, harga emas diperkirakan akan diperdagangkan pada kisaran $1,808.00 – $1,780.00.