Konflik Geopolitik Terus Meningkat, Dorong Emas Capai $2,000 Per Ons
Harga emas melonjak tajam selama sesi perdagangan akhir pekan lalu – diperdagangkan mencapai tertinggi baru sejak 16 Mei karena konflik geopolitik di Timur Tengah terus meningkat.
Dalam perkembangan terbaru, Israel semakin mengintensifkan serangan daratnya di Gaza, menghancurkan komunikasi dan layanan Internet di Palestina, menurut Pallet (perusahaan telekomunikasi Palestina). Disisi lain, Otoritas militer Israel berkomentar bahwa mereka “telah meningkatkan serangan terhadap Gaza. Angkatan Udara secara luas menyerang sasaran bawah tanah dan sasaran teror dengan cara yang signifikan.”
Melihat hal tersebut, berbagai reaksi muncul dari seluruh Dunia, termasuk Amerika Serikat yang sebelumnya sangat mendukung Israel. Baru-baru ini, AS mendesak Israel untuk menghentikan invasi “skala penuh”, dan bukannya menggunakan pendekatan dengan menggunakan pesawat terbang dan pasukan operasi khusus.
Merespon hal terebut, Harga emas diperdagangkan menguat tajam – berakhir dengan kenaikan sebanyak $20.67 atau 1.04% pada level $2,005.03 per ons menandai penutupan tertinggi sejak 17 Mei, setelah diperdagangkan mencapai tertinggi $2,009 dan terendah $1,976.
Emas berjangka kontrak Desember berakhir menguat sebanyak $3.4 atau 0.17% pada level $1,998.50 per on, setelah capai tertinggi $2,019 dan terendah $1,976.40 di Divisi Comex.
Mengawali perdagangan pekan ini, pasar emas diperkirakan akan kembali diperdagangkan lebih tinggi melihat konflik yang terus meningkat selama akhir pekan ini. Dunia bereaksi atas ‘operasi darat’ yang semakin intensif oleh Israel di Gaza.
Arab Saudi ‘mengutuk dan mengecam operasi darat yang dilakukan Israel yang ‘akan mengancam kehidupan warga sipil Palestina dan mengakibatkan bahaya yang tidak manusiawi’. Axios melaporkan bahwa Menteri Pertahanan Arab Saudi akan mengunjungi Gedung Putih ditengah kekhawatiran tentang ‘Perang Regional’.
Disisi lain, Dewan Keamanan PBB dijadwalkan akan bertemu pada Senin (30/10), untuk membahas perang Israel-Hammas.
Dolar
Indeks Dolar AS diperdagangan cukup volatile selama hari Jumat (27/10), bergejolak dengan mencoba bergerak lebih tinggi ditengah konflik yang terus meningkat di Timur Tengah, Namun sentimen pasar terbebani oleh antisipasi investor jelang pertemuan FOMC pada 1 November mendatang.
Dolar berakhir dengan kerugian tipis – hanya sekitar 6 poin atau 0.06% pada level 106.55, setelah capai tertinggi 106.80 dan terendah 106.32.
USD/JPY diperdagangkan turun – menjauh dari level 150, level yang dipandang sebagian investor sebagai pemicu potensial intervensi oleh otoritas Jepang. Pada Jumat (27/10) USD/JPY berakhir turun sebanyak 75 poin atau 0.50% pada level 149.628, setelah capai tertinggi 150.406 dan terendah 149.453.
Pekan depan fokus Yen akan tertuju pada pertemuan Bank of Japan (BoJ) pekan ini. Banyak yang memperkirakan bahwa BoJ akan merubah kebijakannya mengenai pengendalian imbal hasil obligasi menjadi peluang menaikkan suku bunga.
Tak hanya the Fed dan BoJ, Bank Of England juga akan merilis kebijakan moneternya pekan ini. Berbanding terbalik dengan BoJ, BOE diperkirakan akan mempertahankan suku bunga tetap tidak berubah – terlebih setelah data pekerjaan Inggris pada hari Selasa lalu yang menunjukkan pasar tenaga kerja yang kurang baik.
Pada Jumat (27/10), GPB/USD berakhir melemah sebanyak 9 poin atau 0.07% pada level 1.21185, setelah capai tertinggi 1.21621 dan terendah 1.21051.
- AUDUSD : 0.6332 , +12 / +0.20%
- EURUSD : 1.0562 , +2 / +0.02%
- GBPUSD : 1.2119 , -9 / -0.07%
- NZDUSD : 0.5808 , -12 / -0.20%
- USDJPY : 149.63 , -75 / -0.50%
- USDCAD : 1.3872 , +42 / +0.31%
- USDCHF : 0.9021 , +33 / +0.37%
- USDCNH : 7.3276 , +83 / +0.11%
Minyak
Harga minyak mentah dunia bergejolak selama perdagangan hari Jumat (27/10) setelah Dua kota terpisah di Laut Merah di Mesir terkena serangan proyektil yang salah sasaran pada Jumat pagi, hal ini dengan sempurna menyoroti kekhawatiran pasar global mengenai potensi dampak perang Israel-Hammas ke wilayah tetangga.
Sejauh ini, pasar global terus menyoroti potensi terjadinya perang regional, terlebih setelah Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian pada Kamis (26/10) mengancam akan terjadinya gejolak geopolitik yang disengaja saat berada di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dengan menyatakan bahwa Amerika Serikat “tidak akan terhindar dari api ini” jika Israel terus menyerang pasukan Hamas.
Hingga akhir perdagangan Jumat (27/10), Harga minyak (spot) berakhir menguat sebanyak $1.54 atau 1.85% pada level $84.74 per barel, setelah capai tertinggi $85.52. Minyak mentah berjangka WTI AS naik sebanyak $2.07 atau 2.48% pada level $85.54 per barel. Sedangkan minyak mentah berjangka Brent London naik sebanyak $2.15 atau 2.47% pada level $89.20 per barel.
Sentimen
Selama perdagangan pekan ini, fokus utama pasar global akan tertuju pada pertemuan Federal Reserve (Fed) yang akan mengumumkan keputusan kebijakan moneternya. Ekspektasi pasar menunjukkan tidak adanya perubahan kebijakan karena inflasi melambat namun tetap di atas target. Pasar juga akan menantikan pertemuan Bank of England pada Kamis (2/11) dan Bank of Japan pada Jumat (3/11).
Dalam hal data ekonomi, pasar akan fokus pada data ketenagakerjaan AS, termasuk laporan Ketenagakerjaan Swasta ADP pada hari Rabu (1/11), Klaim Pengangguran pada hari Kamis (2/11), dan Nonfarm Payrolls pada hari Jumat (3/11).