
Yen Kokoh Ditertinggi Sejak Agustus 1998
Yen Jepang kokoh berada level tertinggi sejak Agustus 1998, melonjak menyusul perlambatan yang terjadi disektor manufactur setelah laporan tingkat pesanan mesin Jepang naik lebih lambat dari yang diperkirakan.
Dalam data yang dirilis menunjukkan bahwa Tingkat Pesanan Mesin turun sebanyak 5.80% selama periode Agustus, lebih buruk dari perkiraan dan data sebelumnya pada -2.30% (F) dan +5.30% (P). Berdasarkan tingkat tahunan, tingkat pesanan mesin naik hanya sekitar 9.7%, lebih lambat dari perkiraan dan sebelumnya pada 12.60% (F) dan 12.80% (P).
Disisi lain, perbedaan besar dalam sikap kebijakan moneter yang diadopsi oleh Bank of Japan (dovish) dan bank sentral utama lainnya (hawkish), terus mendorong pasangan USD/JPY bergerak lebih tinggi untuk hari keenam berturut-turut – capai level tertinggi sejak 24 tahun terakhir. Hingga akhir penutupan Rabu (12/10), USD/JPY ditutup naik sebanyak 105 poin atau 0.71% berakhir pada level 146.90, setelah uji tertinggi 146.96 dan terendah 145.65.
Dolar
Indeks Dolar Amerika diperdagangkan pada kisaran yang sempit, enggan merespon pergerakkan liar Yen Jepang dan nampak berhati-hati dalam merespon laporan inflasi produsen AS hingga pembacaan risalah pertemuan FOMC September sambil menunggu data kunci inflasi konsumen (CPI) pada Kamis. Hingga penutupan Rabu (12/10) Dolar ditutup melemah tipis hanya 3 poin atau 0.03% berakhir pada level 113.27, setelah uji tertinggi 113.60 dan terendah 113.00.
Dolar diperdagangkan hampir tidak bergerak selama sesi perdagangan Rabu (12/10), bahkan setelah laporan PPI AS dirilis naik sebanyak 8.5% (YoY) dan 0.40% (MoM) selama periode September, masing-masing dirilis lebih tinggi dibandingkan perkiraan sebelumnya pada 8.40% dan 0.20%. Sementara dalam pembacaan risalah FOMC September, Pembuat kebijakan mengulangi nada bahwa mereka bertekad untuk mempertahankan kebijakan moneter ketat untuk mengendalikan inflasi yang meningkat. Selain itu, para pejabat mengatakan bahwa begitu mereka mencapai apa yang mereka anggap sebagai tingkat pembatasan, “akan tepat untuk menyimpannya di sana untuk jangka waktu tertentu.”
Sejauh ini, Investor nampak mengantisipasi laporan Inflasi Konsumen AS (CPI) – laporan tersebut akan mendorong spekulasi kenaikan suku bunga yang lebih agresif atau tidak pada pertemuan 2 November mendatang.
Dipasar rival utama Dolar, pasangan GBP/USD ditutup menguat sebanyak 127 poin atau 1.14% berakhir pada level 1.1098. Sinyal campuran tentang program pembelian obligasi BoE mendorong short-covering pada GBP/USD. Pasangan GBP/USD memantul bagus dari area 1,0925 ke tertinggi dalam hampir dua minggu dan menghentikan penurunan beruntun dalam lima hari beruntun.
EUR/USD ditutup melemah hanya sebanyak 1 poin atau 0.01% berakhir pada level 0.9702, setelah uji tertinggi 0.9733 dan terendah 0.9667. Sementara AUD/USD ditutup naik hanya 3 poin atau 0.05% berakhir pada level 0.6275.
Emas
Harga Emas diperdagangkan lebih tinggi selama sesi perdagangan Rabu (12/10), memanfaatkan momentum pergerakkan dolar AS yang berbalik lebih rendah setelah risalah pertemuan Fed September dianggap miring ke sisi dovish.
Dalam pembacaan semalam, Investor melihat petunjuk moderasi dalam risalah The Fed – Federal Reserve telah menunjukkan keterkejutannya pada laju inflasi dan telah mengkonfirmasi bahwa para pejabat mempertahankan komitmen mereka untuk terus menaikkan suku bunga sampai masalah menunjukkan tanda-tanda penyelesaian.
Beberapa peserta mencatat bahwa akan penting untuk mengkalibrasi laju pengetatan kebijakan lebih lanjut dengan tujuan mengurangi risiko kerugian yang signifikan dan efek buruk pada prospek ekonomi. Komentar menjadi petunjuk bahwa bank mungkin mempertimbangkan kenaikan suku bunga yang lebih kecil di bulan-bulan berikutnya. Ini berdampak negatif pada USD, yang mengirim harga emas bergerak lebih tinggi.
Dipasar spot, harga emas ditutup menguat sekitar $6.99 atau 0.42% berakhir pada level $1,673 per ons, setelah uji tertinggi $1,678 dan terendah $1,661. Sementara Emas berjangka kontrak Desember ditutup melemah sekitar $8.50 atau 0.51% berakhir pada level $1,677.50 per ons di Divisi Comex.
Minyak
Harga minyak kembali mengalami penurunan tajam – kehilangan lebih dari 2.3% dipasar minyak WTI AS setelah OPEC menurunkan ekspektasi permintaan minyak untuk tahun ini dan tahun berikutnya, menyusul pemotongan target produksi yang dibuat minggu lalu sebesar dua juta barel per hari.
Dipasar spot, harga minyak ditutup melemah sebanyak $1.51 atau 1.73% berakhir pada level $87.10 per barel. Minyak mentah WTI AS tercatat melemah sebanyak $2.08 atau 2.38% berakhir pada level $87.27 per barel, sementara minyak mentah Brent London ditutup melemah sebanyak $1.84 atau 1.99% berada pada level $92.45 per barel.
Sentimen
Memasuki sesi perdagangan kamis (13/10), fokus pasar global akan tertuju pada laporan inflasi konsumen (CPI) AS pada pukul 19:30 WIB.