Dolar Berbalik Menguat Setelah Laporan Inflasi Kembali Naik
Indeks Dolar Amerika ditutup menguat tipis pada perdagangan Jumat (30/9), setelah melemah tajam dalam dua sesi perdagangan berturut-turut karena memudarnya kekhawatiran tentang resesi AS merespon serangkaian data ekonomi AS yang dirilis membaik selama periode Agustus.
Dolar mengakhiri perdagangan Jumat (30/9) dengan keuntungan tipis – hanya sekitar 16 poin atau 0.14% berakhir pada level 112.15, setekah uji terendah 111.56 dan tertinggi 112.69. Dolar mencoba rebound diakhir perdagangan pekan lalu setelah laporan Core PCE Price Index tahunan AS mencatatkan kenaikan sebanyak 4.9% lebih tinggi dari perkiraan dan data sebelumnya pada 4.7%.
Merespon laporan tersebut, sentimen pasar kembali berbalik pada keyakinan bahwa Fed akan tetap bersikap agresif. Hal tersebut juga diperkuat oleh sederatan komentar member Fed selama sesi perdagangan Amerika. Wakil ketua Lael Brainard, menyatakan bahwa Fed perlu menjaga suku bunga lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama, sehingga bank dapat mencapai tujuannya. Brainard menambahkan bahwa The Fed tidak akan menarik kembali suku bunga sebelum waktunya.
Dengan nada yang sama, Mary Daly dari San Francisco berkomentar bahwa kenaikan lebih lanjut akan datang dan bahwa Fed “tegas” dalam menjinakkan inflasi. Presiden Fed Richmond Thomas Barkin menyatakan bahwa “nyaman” dengan laju kenaikan suku bunga, dah menambahkan bahwa tidak pasti berapa banyak yang harus dilakukan Fed untuk menurunkan permintaan untuk mencapai target inflasi.
Matauang
Pasangan matauang EUR/USD berakhir melemah tipis hanya sekitar 9 poin atau 0.09% berakhir pada level 0.9800, setelah sempat uji tertinggi 0.9853 dari terendah 0.9734 merespon laporan inflasi Eropa yang naik mencapai kecepatan 10%, jauh diatas perkiraan dan data sebelumnya masing-masing pada 9.70% (F) dan 9.10% (P). Tingginya inflasi mendorong spekulasi kenaikan suku bunga setidaknya 75bps pada pertemuan mendatang.
EUR/USD gagal mendapatkan dukungan lebih lanjut tentang optimisme kenaikan suku bunga ECB, karena investor secara luas sangat berhati-hati pada eskalasi konflik Rusia-Ukraina, dengan penandatanganan Vladimir Putin atas sebuah dekrit untuk mencaplok empat wilayah Ukraina. Diresmikannya emapt wilayah setelah referendum akan memberikan tekanan ekstra pada euro.
GBP/USD mencatatkan kenaikan lebih dari 2.7% dalam sepekan terakhir, mencoba rebound setelah melemah ke level terendah yang belum pernah tersentuh sebelumnya sepanjang sejarah Pounsterling. Hingga akhir perdagangan Jumat (30/9), GBP/USD mencatatkan keuntungan sebanyak 50 poin atau 0.45% berakhir pada level 1.1158. Sejauh ini, krisis energi dan krisis hipotek Inggris akan menjadi tekanan pada matauang Poundsterling dalam perdagangan pekan ini.
Emas
Harga emas diperdagangkan pada kisaran yang sempit selama sesi perdagangan Jumat (30/9) dan hanya mencatatkan kerugian sekitar 21 sen atau 0.01% berakhir pada level $1,660.21 per ons, setelah uji tertinggi $1,675.
Harga emas membalikkan keuntungan awal sesi setelah Core PCE AS mencatatkan kenaikan sebanyak 4.90% selama periode Agustus, lebih tinggi dari perkiraan pada 4.7%. Dipasar berjangka, harga emas mencatatkan keuntungan sekitar $6.40 atau 0.20% berakhir pada level $1,672.00 per ons di Divisi Comex.
Secara fundamental, pasar emas masih akan terus berhati-hati dalam merespon berbagai fundamental terkait suku bunga dan konflik Rusia-Ukraina. secara teknikal, harga emas masih berpotensi menguat namun dengna kenaikan yang terbatas karena diiringi dengan kenaikan Dolar yang masih akan terjadi dalam pekan ini.
Sentimen
Memasuki sesi perdagangan pekan ini, pasar global akan kembali terfokus pada serangkaian laporan data ekonomi AS terutama data tenaga kerja.