Prospek Negatif Pasar Emas, Ditengah Pandangan Trend Suku Bunga AS
Harga emas mencatatkan kerugian mingguan dalam dua pekan berturut-turut setelah terbebani oleh optimisme investor pada kenaikan suku bunga acuan Federal Reserve AS sebanyak 25bps pada pertemuan minggu lalu. Penurunan terjadi sejak sepekan sebelum pertemuan digelar dan justru stagnan pada saat keputusan dibacakan.
Penurunan pada harga emas juga didominasi pada harapan tercapainya kesepakatan perdamaian Rusia dan Ukraina. Sayangnya, hingga putaran ke-4, pembicaraan perdamaian berakhir tanpa kesepakatan. Diperdagangan akhir pekan lalu, foku pasar tertuju pada pembicaraan Presiden AS Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping yang dilaporkan berlangsung selama hampir dua jam. Biden dilaporkan menekankan ke Xi bahwa China yang memberikan dukungan material Rusia akan memiliki konsekuensi tidak hanya dari AS tetapi juga dari Dunia.
Dipasar spot, harga emas ditutup melemeha sebanyak $21.43 atau 1.12% berakhir pada level $1,921.02 per ons, setelah sempat diperdagangkan hingga setinggi $1,945 dan serendah $1,917. Emas berjangka kontrak April ditutup turun sebanyak $13.90 atau 0.72% berakhir pada level $1,929.30 per ons di Divisi Comex.
Dalam pekan ini, pasar emas dan global akan terfokus pada deretan jadwal press konference Kepala Bank Sentral, diantaranya Kepala Fed Jerome Powell (Senin & Rabu), Kepala ECB Christine Lagarde (Selasa) dan Kepala BOE Andrew Bailey (Rabu), serta deretan Member FOMC. Dalam sentimen fundmental kedepan, prospek trend kenaikan suku bunga Amerika akan mendorong harga emas bergerak melemah. Sementara dukungan kenaikan harga emas akan terfokus pada prospek memburuknya ketegangan geopolitik.
Secara teknikal, dalam pekan ini pasar emas diperkirakan akan diperdagangkan pada kisaran $1,960.00 – $1,875.00.