Minyak Turun dari Level Tertinggi Multi-bulan karena Kuatnya Dolar Mengurangi Permintaan
Harga minyak turun tipis di awal perdagangan Asia pada hari Rabu, karena penguatan dolar membatasi selera investor sementara para pedagang mengambil sejumlah dana setelah benchmark menguat ke level tertinggi multi-bulan dalam dua sesi terakhir.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Mei turun 19 sen, atau 0,2%, menjadi $87,19 per barel pada 0104 GMT. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS untuk pengiriman April, yang berakhir pada penyelesaian hari Rabu, turun 35 sen, atau 0,4%, menjadi $83,12 per barel.
Membebani sentimen pembeli Asia, indeks dolar AS naik lebih tinggi untuk sesi kelima berturut-turut setelah data terbaru menunjukkan ketahanan ekonomi AS. Dolar yang lebih kuat membuat minyak lebih mahal bagi investor yang memegang mata uang lain, sehingga mengurangi permintaan.
Baik Brent dan WTI menetap di level tertinggi sejak akhir Oktober di sesi sebelumnya karena para pelaku pasar menilai dampak terhadap pasokan minyak mentah dan minyak bumi dari serangan pesawat tak berawak Ukraina terhadap kilang-kilang Rusia.
Penurunan kapasitas penyulingan Rusia akibat serangan tersebut telah menyebabkan peningkatan ekspor minyak mentah dari negara tersebut, sumber perdagangan mengatakan kepada Reuters pada hari Selasa. Ekspor minyak dari pelabuhan barat Rusia akan meningkat hampir 260.000 barel per hari pada bulan Maret dibandingkan rencana bulanan awal menjadi 2,22 juta barel per hari, kata mereka.
Meskipun ekspor meningkat, kendala penyimpanan minyak mentah masih dapat memaksa Rusia untuk memangkas produksi, kata analis energi StoneX Alex Hodes.
American Petroleum Institute melaporkan stok minyak mentah dan bensin AS turun minggu lalu, sementara persediaan sulingan meningkat, menurut sumber. Jajak pendapat Reuters terhadap para analis memperkirakan stok minyak akan naik sekitar 10.000 barel pada minggu lalu.
Data stok resmi dari Badan Informasi Energi AS akan dirilis pada pukul 14.30 GMT pada hari Rabu.