Dolar Kembali Melemah, Emas Naik Tajam Setelah Anggota FOMC Sepakat Kenaikan Suku Bunga Akan Dibatasi
Pembacaan risalah pertemuan FOMC September gagal memicu reaksi pasar setelah para Anggota menyampaikan tentang kesadaran atas risiko inflasi, namun para anggota sepakat bahwa suku bunga harus tetap dibatasi untuk beberapa waktu.
Mencerna apa yang disampaikan, harga emas bertahan didekat puncak tertinggi hariannya pada $1,877 – yang merupakan level tertinggi sejak 28 September karena prospek suku bunga tidak akan berubah dan bertahan di level saat ini untuk beberapa waktu kedepan.
Berdasarkan pantauan Fed Watch Tools – pada pertemuan FOMC berikutnya 1 November 2023, sektiar 91.3% mengharapkan suku bunga tetap pada level saat ini. Angka tersebut naik dari sebelumnya pada 86.8% (1 Oktober 2023). Sisanya, sekitar 8.5% mengharapkan suku bunga naik sebanyak 25bps.
Hingga akhir perdagangan Rabu (11/10), harga emas dipasar spot ditutup naik sebanyak $13.93 atau 0.75% pada level $1,874.11 per ons, setelah capai tertinggi $1,877 dan terendah $1,859. Sedangkan emas berjangka kontrk Desember berakhir naik sebanyak $11.70 atau 0.62% pada level $1,887.00 per ons di Divisi Comex.
Selama sesi perdagangan Kamis (12/10), fokus utama pasar global akan tertuju pada laporan inflasi konsumen dan Klaim Pengangguran AS pada pukul 19.30 WIB.
Dolar
Indeks Dolar AS berjuang untuk bergerak lebih tinggi mencapai tertinggi 106.02 merespon serangkaian laporan inflasi produsen AS yang kembali mencatatkan kenaikan selama periode September, Namun Dolar berangsur turun dan kembali menetap pada level 105.7 setelah pembacaan risalah FOMC semalam memperlihatkan bahwa anggota sepakat untuk kenaikan suku bunga harus dibatasi untuk beberapa waktu.
Berikut adalah rangkaian Inflasi Produsen (PPI) AS,
- US Core PPI (MoM) (Sep), 0.3% (A) vs. 0.2% (F) vs. 0.2% (P)
- US Core PPI (YoY) (Sep), 2.7% (A) vs. 2.3% (F) vs. 2.5% (P)
- US PPI (MoM) (Sep), 0.5% (A) vs. 0.3% (F) vs. 0.7% (P)
- US PPI (YoY) (Sep), 2.2% (A) vs. 1.6% (F) vs. 2.0% (P)
Hingga akhir perdagangan Rabu (11/10), Indeks Dolar AS berakhir datar – turun hanya sekitar 6 poin atau 0.06% pada level 105.72, setelah capai tertinggi 106.02 dan terendah 105.56.
Pasangan EUR/USD diperdagangkan cukup volatile selama sesi perdagangan Rabu (11/10) – berhasil menetap diatas level 1.06 pada penutupan Rabu karena sikap pejabat Bank Sentral Eropa (ECB) yang mengadopsi pendekatan netral atas kebijakan moneter yang akan datang dan pelemahan Dolar secara luas.
EUR/USD berakhir naik sebanyak 13 poin atau 0.13% pada level 1.06169, setelah capai terendah 1.05796 dan tertinggi 1.06343. GBP/USD naik sebanyak 26 poin atau 0.22% pada level 1.23121. Sedangkan AUD/USD menetap pada zona negatif menyusul pelemahan tajam harga minyak mentah dunia. AUD/USD berakhir turun sebanyak 18 poin atau 0.28% pada level $0.64120.
Minyak
Kominten Arab Saudi untuk menstabilkan pasar di tengah kekhawatiran konflik di Timur Tengah akan mengganggu pasokan telah mendorog harga minyak mentah dunia terkoreksi tajam dari level tertinggi hariannya pada $85 per barel hingga $81.87 per barel.
Harga minyak anjlok lebih dari 2% setelah Arab Saudi turun tangan dan menyatakan pihaknya bekerja sama dengan mitra regional dan internasional untuk mencegah eskalasi Israel dan Hammas semkin memburuk, dan menegaskan kembali komitmen mereka untuk menstabilkan pasar.
Berdasarkan sumber yang dikutip oleh Reuters berspekulasi bahwa harga minyak WTI berpeluang naik ke $100 per barel jika konflik meningkat.
Hingga akhir penutupan Rabu (11/10), harga minyak berakhir melemah pada level,
- OIL (SPOT) : $82.09 , -$2.40 / -2.84%
- WTI : $83.32 , -$2.65 / -3.08%
- BRENT : $85.97 , -$1.68 / -1.92%
Sentimen
Selama sesi perdagangan Kamis (12/10), fokus utama pasar global akan tertuju pada laporan inflasi konsumen dan Klaim Pengangguran AS pada pukul 19.30 WIB.
Disesi Asia hingga Eropa, pasar akan diramaikan oleh serangkaian laporan Inflais Jepang dan GDP Inggris.