Hampir Separuh Investor Eropa Berupaya Mengurangi Eksposur Properti, Berdasarkan Temuan Survei
Hampir separuh investor di Eropa berencana untuk mengurangi alokasi real estate mereka, menurut survei yang dilakukan oleh badan perdagangan INREV, seiring dengan terus merosotnya valuasi yang didorong oleh biaya pinjaman yang lebih tinggi dan semakin kosongnya kantor.
Empat puluh tiga persen investor Eropa berniat mengurangi alokasi properti mereka selama dua tahun ke depan, berdasarkan survei INREV terhadap 90 responden di seluruh dunia yang memiliki aset yang dikelola sebesar 830 miliar euro ($902,63 miliar).
Angka tersebut dibandingkan dengan 37% investor Eropa yang disurvei yang berencana memotong alokasi pada tahun sebelumnya pada tahun 2023, menurut INREV, yang merupakan Asosiasi Eropa untuk Investor Kendaraan Real Estat Non-Terdaftar.
“Investor Eropa adalah yang paling bearish,” kata Iryna Pylypchuk, direktur riset dan informasi pasar di INREV.
“Mereka yang memiliki alokasi lebih tinggi untuk real estatlah yang paling terkena dampaknya,” tambahnya, seraya mengatakan bahwa sebagian pengurangan alokasi dapat diatasi dengan koreksi harga yang lebih rendah dibandingkan melalui penjualan aset yang “rumit”.
Hampir sepertiga (32%) investor di Amerika Utara juga berniat mengurangi alokasi real estate selama dua tahun ke depan, menurut survei tersebut, sementara tidak ada responden yang berniat melakukan hal tersebut di Asia Pasifik.
Di Eropa, Inggris kembali menjadi tujuan pilihan investasi real estat setelah enam tahun absen di peringkat teratas, kata Pylypchuk, seraya menambahkan bahwa negara tersebut telah mengalami penyesuaian harga properti yang signifikan, dibandingkan dengan benua tersebut.
($1 = 0,9195 euro)